BANTAENG, KUTIP.co – Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Bantaeng menyiapkan sejumlah langkah cepat untuk mengantisipasi banjir susulan di Kabupaten Bantaeng. Dalam waktu dekat, Dinas PU akan segera melakukan pengerukan di dua sungai yang melintas di kawasan perkotaan Bantaeng.
Dua sungai itu adalah Sungai Kaili dan Sungai Cabodo. Saat ini, dua sungai itu diduga mengalami pendangkalan sehingga perlu melakukan pengerukan untuk memperbanyak daya tampung air di sungai tersebut.
Kepala Dinas PU Kabupaten Bantaeng, Andi Sjafruddin Magau mengatakan, upaya jangka pendek ini dilakukan untuk mengantisipasi banjir susulan. Menurutnya, pengerukan akan dilakukan sepanjang tiga kilometer dengan menggunakan dana rutin dinas PU.
“Ini sisa akhir tahun. Kita hanya bisa menggunakan dana rutin dinas PU dan peralatan di dinas PU. Mungkin dua hari ke depan, kita sudah melakukan pengerukan,” jelas dia, Selasa (30/11/2021).
Pria yang akrab disapa Andi Uti ini mengungkapkan, selain pengerukan dua sungai, pihaknya juga berusaha untuk melakukan pembersihan drainase yang dianggap rawan banjir. Menurutnya, upaya pembersihan ini terpaksa harus dilakukan sejak awal karena terjadinya perubahan cuaca yang cukup drastis.
“Kita rencananya melakukan pembersihan drainase ini pada April. Karena kita prediksi musim penghujan itu terjadi di Juni dan Juli. Tetapi ini (hujan) terjadi lebih awal,” kata dia.
Dia menambahkan, upaya jangka pendek lainnya adalah melakukan perbaikan saluran air di kawasan terminal. Di tahap jangka menengah, akan dibuat Folder (Penampung air) dan pompa untuk membuang air dalam waktu cepat.
Dia menambahkan, saluran air ini perlu diperbaiki. Dia memprediksi, saluran air ini sudah tidak mampu menampung debit air yang lebih besar.
“Kawasan terminal ini memang adalah cekungan. Perlu kita perbaiki saluran air yang lebih besar dan lebih dalam,” jelas dia.
Selain itu, Dinas PU juga berencana melakukan upaya analisis penyebab banjir. Dia menyebut, analisis ini mulai dilakukan tahun depan. Sehingga, berdasarkan para ahli, Dinas PU sudah bisa menetapkan upaya jangka panjang yang dilakukan.
“Analisis penyebab banjir ini dilakukan oleh para ahli. Ada beberapa universitas yang dilibatkan. Seperti Unhas dan UMI,” kata dia.
Dinas PU juga mempersiapkan upaya jangka menengah. Beberapa di antaranya adalah perbaikan Cekdam dan pembangunan Sabo Dam. “Ada beberapa Cekdam yang kita perkirakan bisa mengendalikan banjir,” jelas dia.
Sedangkan upaya jangka panjang juga disiapkan oleh dinas PU. Dia mengatakan, upaya ini harus melalui analisis dari para ahli. Hanya saja, dugaan sementara ada degradasi lingkungan yang perlu mendapat perhatian.
“Dugaan degradasi lingkungan ini kita lihat dari kondisi air yang berwarna coklat. Tetapi ini masih sebatas dugaan. Kita butuh analisa untuk memastikan dimana titiknya,” jelas dia.
Meski demikian, dinas PU mulai melakukan gerakan tanam pohon dan mengedukasi masyrakat untuk menanam pohon. Upaya edukasi dan mengajak masyarakat ini juga akan dilakukan dalam waktu dekat ini.
Aktifkan Kembali Cekdam Kasiping
Bupati Bantaeng, DR Ilham Azikin juga memantau sejumlah titik yang diperkirakan menjadi biang banjir ini. Salah satu yang dipantau adalah Cekdam Kasiping, yang terletak di Borongganjeng.
Cekdam ini diketahui adalah salah satu pengendali banjir di perkotaan Bantaeng. Bangunan ini sudah ada sejak 15 tahun lalu, dan saat rusak, hingga kini belum diperbaiki.
“Ini bangunan lama. Aliran sungai ini mengarah ke Cabodo, Be’lang, Sasayya dan teminal,” kata kepala Desa Bonto Tiro, Arman.
Dia mengatakan, seandainya bangunan ini berfungsi, maka kendali banjir di kawasan perkotaan bisa teratasi.
Kepala Dinas PU, Andi Sjafruddin Magau mengatakan, cekdam Kasiping ini masuk dalam upaya penanganan jangka menengah. Rencananya, pembangunannya dimulai tahun depan. Selain cekdam, juga akan dibangun kolam retensi untuk mengendalikan banjir.
“Ini kita bangun lebih awal, karena secara regulasi kepemilikan lahan, hampir tidak ada masalah,” jelas dia.
Periodisasi Banjir
Dinas PU mencatat kejadian banjir di Bantaeng. Kadis PU Bantaeng, Sjafruddin Magau menyebut, banjir Bantaeng terjadi pada 1973, 2001, 2006, 2014, 2020 dan 2021.
“Kalau dilihat rentangnya, kebanyak rentang kejadiannya setelah di atas 5 tahun. Baru tahun ini, kejadiannya berjeda 1 tahun,” katanya.
Dia menyebut, ada tiga faktor penyebab banjir. Pertama, adalah iklim, kemudian topografi dan kondisi umum yang berkaitan dengan kesiapan infrastruktur.
“Semuanya ini butuh analisis agar kita tidak salah menginvestasi dan bisa mengatasi banjir secara komprehensif,” kata dia.(*)