Skema Pilkada Bulukumba 2024: Potensi Head to Head atau Kotak Kosong

Ilustrasi Pilkada Bulukumba 2024. (KUTIP.co)

BULUKUMBA, KUTIP.co Pendaftaran Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Bulukumba di pemilihan serentak berlangsung pada Agustus 2024 mendatang. Sejumlah figur terus bergerak menjaga asa untuk bisa masuk ring kontestasi.

Petahana Andi Muchtar Ali Yusuf dinilai masih punya kans kuat untuk kembali berduet dengan ketua DPD PAN Bulukumba Andi Edy Manaf. Meski belum ada kepastian, paket keduanya dinilai masih ideal.

Di kubu penantang, menguat nama Jamaluddin M Syamsir (JMS). Politikus DPP Partai Golkar ini, digadang-gadang akan berpasangan dengan Wakil Bupati Bulukumba periode 2016-2021, Tomy Satria Yulianto.

Paket Jamaluddin M Syamsir-Tomy Satria Yulianto (JMS-TSY), kian menguat di akar rumput. Keduanya merupakan kolaborasi utuh, di mana Jamal Syamsir merupakan politisi berlatar santri, dan Tomy Satria politisi yang banyak bersentuhan dengan milenial.

Di platform media sosial, loyalis Jamal Syamsir dan Tomy Satria juga memassifkan hashtag ‘Jadimi’. Bahkan, pasangan ini diproyeksikan akan melakukan deklarasi dalam waktu dekat.

Baca Juga:   Saat 'Mantan Demonstran' Bertanya ke Andi Utta, Apa Masih Maju di Pilkada Bulukumba?

Selain itu, beberapa figur lainnya juga mengisi ruang-ruang wacana Pilkada Bulukumba, seperti Andi Mahfud Sultan, Andi Irwan Nur, Arum Spink, Isnayani, Andi Soraya Widyasari, serta Kasmir Latif.

Analis politik Bulukumba, Dr Andi Muhammad Asbar berpendapat bahwasanya Pilkada Bulukumba kemungkinan besar akan diikuti dua pasangan calon saja. Kedua pasangan tersebut, katanya, yakni kubu petahana Andi Muchtar Ali Yusuf dan Andi Edy Manaf.

“Saya optimis paket ini akan tetap awet, sekalipun mungkin ada friksi di kalangan pendukung yang menginginkan wajah baru di posisi calon wakil bupati,” ujar Asbar kepada wartawan, Sabtu (27/7/2024).

“Namun, juga harus dilihat rekam jejak Andi Edy Manaf punya dukungan elektoral yang cukup bagus sebagai politisi senior di Bulukumba,” sambungnya.

Sedangkan kubu penantang, kata Asbar lagi, yang cukup agresif dalam kontestasi Pilkada Bulukumba adalah Jamaluddin M Syamsir. Mantan ketua DPD KNPI Sulsel itu, diisukan akan berpaket dengan politisi PKB Tomy Satria Yulianto.

Baca Juga:   AIA Siap Kawal Pembangunan Bandara Wisata Bulukumba

“Pasangan JMS-TSY memungkinkan akan memberi perlawanan sengit kepada paslon petahana di Pilkada,” jelas Asbar, yang juga merupakan salah satu dosen STAI Al-Gazali Bulukumba.

Menurutnya jika hal itu terjadi, maka Pilkada Bulukumba tahun 2024 menjadi sebuah sejarah baru. Sebab hanya dua pasangan calon akan saling berhadap-hadapan atau head to head untuk menjadi pemenang.

Asbar merinci catatan perjalanan Pilkada langsung di Bumi Panritalopi. Di Pilkada tahun 2005 diikuti 5 pasangan calon. Kemudian Pilkada 2010, sebanyak 6 pasangan calon, Pilkada 2015 diikuti oleh 5 pasangan, dan Pilkada 2020, terdiri dari 4 pasangan calon.

“Jika terjadi head to head, segregasi dukungan memungkinkan terjadi gejolak politik yang potensial menciptakan gesekan atau konflik di ranah grass root. Kita tentu berharap Pilkada Bulukumba akan berjalan dengan jujur, adil dan damai,” jelasnya.

Direktur Nurani Strategic, Nurmal Idrus ikut berpendapat saat dimintai tanggapan penyebab belum adanya bakal calon di Bulukumba yang mengantongi rekomendasi usulan dari partai politik hingga saat ini.

Baca Juga:   Kerap Beraksi di Bulukumba, Dua Pelaku Curanmor Dibekuk Polisi Makassar saat Hendak Jual Hasil Curian

Eks ketua KPU Kota Makassar ini, menyebut kesulitannya ada pada kebijakan DPP parpol yang masih menahan rekomendasi mereka. Katanya Pilkada Bulukumba tidak terlalu dinamis dari sisi persaingan, karena elektabilitas petahana yang tergolong masih tinggi.

“Kondisi ini membuat parpol tak menjadikan Pilkada Bulukumba sebagai prioritas,” ujar Nurmal Idrus kepada wartawan, kemarin.

Dengan posisioning petahana yang tergolong masih kuat, Nurmal Idrus menyatakan Pilkada Bulukumba bisa saja terjadi kotak kosong. Menurutnya Bulukumba adalah daerah dengan potensi kolom kosong yang tinggi.

“Perbedaan elektabilitas antara pertahana dan penantangnya masih besar. Perlu upaya keras untuk menipiskan perbedaan itu,” katanya.

“Perlu ada konsolidasi luar biasa yang dilalukan oleh calon penantang agar bisa bersatu jika ingin menumbangkan petahana,” sambung Nurmal Idrus.