Jakarta, kutip.co – Umat Islam di seluruh dunia setiap tahun menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan dengan sukacita dan antusiasme yang mendalam.
Termasuk tahun ini, umat islam segera menjalani bulan Ramadhan 1445 Hijriyah sebagai bulan penuh ampunan dan ibadah.
Ramadan bukan sekadar bulan yang berlalu tanpa makna, tetapi merupakan periode yang penuh berkah, kesempatan untuk bertobat, berbuat baik, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Umat dianjurkan menyambut bulan Ramadhan dengan doa sebagai mana dicontohkan nabi Muhammad SAW.
Doa dari Rasulullah saw sebagaimana riwayat Imam At-Thabarani dan Imam Ad-Dailami:
اللَّهُمَّ سَلِّمْنِيْ لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِيْ وَسَلِّمْهُ مِنِّيْ
Allāhumma sallimnī li Ramadhāna, wa sallim Ramadhāna lī, wa sallimhu minnī.
Artinya: Ya Allah, selamatkanlah aku (dari penyakit dan uzur lain) demi (ibadah) bulan Ramadhan, selamatkanlah (penampakan hilal) Ramadhan untukku, dan selamatkanlah aku (dari maksiat) di Bulan Ramadhan.
Kemudian doa dari Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud:
هِلالُ رُشْدٍ وَخَيْرٍ مرتين، آمَنْتُ بِالَّذِي خَلَقَكَ ثَلاث مرات، الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي ذَهَبَ بِشَهْرِ كَذَا ، وَجَاءَ بِشَهْرِ كَذَا
Hilālu rusydin wa khairin (2 kali), āmantu bil ladzī khalaqaka, (3 kali), alhamdulillāhil ladzī dzahaba bi syahri kadzā, wa jā’a bi syahri kadzā.
Artinya: Bulan petunjuk dan kebaikan (2 kali). Aku beriman kepada Tuhan yang menciptakanmu (3 kali). Segala puji bagi Allah yang menghilangkan bulan itu, dan mendatangkan bulan ini (HR Abu Dawud).
Puasa di siang hari menjadi bentuk ibadah yang menuntut kesabaran, pengendalian diri, serta meningkatkan kesadaran akan kebutuhan orang-orang yang kurang beruntung.
Dalam bulan Ramadan, umat Islam berusaha untuk menguatkan ikatan mereka dengan Allah SWT melalui ibadah, doa, dan introspeksi diri.
Bulan suci Ramadan juga merupakan waktu yang penuh dengan kebaikan seperti sedekah hingga Zakat Fitrah.
Umat Islam dari segala lapisan sosial bersatu untuk memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.
Program-program amal seperti pemberian makanan gratis, pembagian paket sembako, dan program-program kemanusiaan lainnya menjadi pemandangan umum di seluruh dunia.
Semangat gotong-royong dan empati terhadap sesama menjadi ciri khas bulan Ramadan yang memperkuat ikatan sosial dalam komunitas.
Kebaikan yang dilakukan selama Ramadan tidak hanya memberikan manfaat bagi yang menerimanya, tetapi juga memberikan kebahagiaan yang mendalam bagi para pelakunya.
Setiap amal kebaikan yang dilakukan selama bulan Ramadan dianggap sebagai investasi spiritual (ibadah) yang akan memberikan keuntungan di dunia dan akhirat.
Kebahagiaan yang dirasakan oleh umat Islam dalam melakukan kebaikan tersebut tidak terkira nilainya, karena mereka sadar bahwa setiap tindakan baik yang mereka lakukan adalah bentuk pengabdian kepada Allah SWT dan upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan umat manusia secara keseluruhan.
Bulan suci Ramadan bukan hanya sekadar periode puasa, tetapi juga merupakan waktu untuk meningkatkan spiritualitas, menyebarkan kebaikan, dan merasakan kebahagiaan melalui berbuat baik kepada sesama.
Semangat sukacita dan antusiasme umat Islam dalam menyambut Ramadan merupakan cermin dari nilai-nilai mulia yang terkandung di dalamnya.
Berikut ini adalah hadits riwayat Imam Ahmad setelah Rasulullah saw melihat hilal.
Hadits ini kemudian dikutip oleh Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam karyanya Ithafu Ahlil Islam bi Khususiyatis Shiyam, dengan judul Zikir-Zikir yang Dibaca ketika Melihat Bulan atau Rukyatul Hilal.
اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ العَظِيْمِ، اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذَا الشَّهْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ الْقَدَرِ، وَمِنْ شَرِّ الْمحَشْرِ
Allāhu akbaru, lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil ‘azhīmi. Allāhumma innī as’aluka khaira hādzas syahri, wa a‘ūdzu bika min syarril qadari, wa min syarril mahsyari.
Artinya: Allah maha besar. Tiada daya dan upaya kecuali berkat pertolongan Allah yang maha agung. Aku memohon kepada-Mu kebaikan bulan ini (Ramadhan). Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan takdir dan keburukan mahsyar. ***