Jakarta, Kutip.co – Tak sekadar pemberian sarung tinju, tetapi mengalirkan makna mendalam tentang arti persahabatan antar pecinta seni Bela Diri, khususnya Wing Chun Kung Fu.
Saat berkunjung ke Jakarta, Indonesia, Master Wing Chun Kung Fu Maurice Novoa dan pasangannya, Thirza, memberikan inspirasi tentang persahabatan dan rasa terima kasih.
Kehadirannya telah mengubah aula lokasi kegiatan menjadi tempat suci bagi semangat dan penghargaan bersama.
Adri, seorang pelatih berpengalaman dari Cinere Fight Club, Jakarta masuk ke dalam arena tersebut dengan tekad, didampingi oleh dua sahabatnya.
Adri, yang berpengalaman di klub Wing Chun lokal di Jakarta, mendekati Sifu Maurice dengan kesederhanaan yang menyembunyikan keahlian yang dimilikinya.
Saat perkenalan berlangsung, ruangan dipenuhi dengan pemahaman bersama – suatu pengakuan bahwa dalam seni bela diri, batasan dilewati melalui bahasa gerakan dan teknik.
Dengan memberi hormat pada hubungan mendalam yang diperoleh dari kebaikan hati, Sifu Maurice dan Adri terlibat dalam Chi Sao, latihan refleks kontak yang menjadi ciri khas Wing Chun.
Aula pun berubah menjadi panggung keahlian ketika Sifu Maurice dengan lihai melayani serangan Adri.
Thirza yang mendampingi Sifu Maurice turut terperangah menyaksikan momen itu.
“Saat ketiga orang itu masuk terlihat seperti ingin melawan seseorang,” kata Thirza menggambarkan suasana saat itu.
Adri menerima tantangan tersebut dengan semangat sebagai penghargaan yang tulus atas sarung tinju yang telah disumbangkan.
Apa yang terjadi selanjutnya bukanlah sekadar uji kemampuan, melainkan pertunjukan luar biasa dari keahlian dan seni bela diri.
Lengan Sifu Maurice menjadi sapuan pelindung dan kefasihan, ketika melayani serangan Adri dengan keanggunan yang menyerupai balet bela diri.
Dalam urutan yang mulus, dia membelokkan tubuh Adri ke kiri, lalu mengalihkannya dengan anggun ke kanan.
Teman Adri, saksi pertukaran yang rumit ini, tidak dapat menahan kekagumannya, seruannya “Wing Chun Iya!” menjadi penghormatan spontan untuk keahlian yang dipertunjukkan.
Sebagai puncak pertukaran pengetahuan, Sifu Maurice, mengambil inspirasi dari ajaran Grandmaster Anthony Arnett dan Felix Leong.
Mempersembahkan fusi teknik Wing Chun dan tinju. Batas antara disiplin seni bela diri ini menjadi kabur, melahirkan kelenturan yang melampaui batasan tradisi.
Ini adalah sinergi yang tak terduga, suatu bukti akan bahasa universal yang digunakan oleh seniman bela diri – bahasa yang tidak mengenal batas.
Moment tak terlupakan ini pun ditandai dengan pemberian sarung tinju, sebagai tanda terima kasih dan persahabatan yang melampaui batas budaya.
“Itu adalah perjalanan bersama keterampilan, rasa terima kasih, dan pertumbuhan bersama, perwujudan esensi seni bela diri yang melampaui fisik – tarian jiwa yang bersatu dalam mencapai penguasaan,” ujar Sifu Maurice.
Sifu kepada jurnalis mengungkap rahasia di balik keahlian memutar tubuh lawan seperti saat berhadapan Adri.
“Di Chi Sao saya bisa memutar tubuh saya untuk menggerakkan Adri ke satu sisi atau yang lain ketika dia menyerang. Itulah perbedaan utama antara gaya Ip Man dan Sum Nung sehingga di kehidupan nyata Sum Nung bisa mengalahkan Ip Man dengan mudah,” ungkapnya saat diwawancarai jurnalis.
Bahkan Sifu Maurice dalam wawancara tersebut mengaku senang untuk mengakui Adri di bawah bimbingannya selama masa tinggalnya di Jakarta pada tahun mendatang.
Sifu Maurice juga menyatakan cita-citanya untuk membuat koreografi adegan pertarungan garis keturunan Sum Nung dan Pan Nam.
“Saya bisa membuat koreografi adegan pertempuran yang jauh lebih baik berdasarkan garis keturunan Sum Nung dan Pan Nam yang belum pernah ditampilkan bahkan di YouTube,” tutupnya. *