<strong>Jakarta, Kutip.co -</strong> Dua mata uang digital yang beda generasi menjadi fenomenal saat ini yakni Bitcoin (BTC) dan Pi Neywork (Pi).
Kedua kripto ini memiliki keunggulan masing-masing karena hadir di era berbeda.
Bitcoin menjadi pionir mata uang digital yang awalnya tidak diminati akhirnya bernilai tinggi.
Memang kekurangan penambangan Bitcoin karena membutuhkan daya komputasi yang besar, sehingga menyebabkan konsumsi energi yang tinggi dan masalah lingkungan.
Penambang BTC sering kali berinvestasi pada perangkat keras khusus (ASIC) yang mahal untuk bersaing secara efektif.
Sehingga kurang dapat diakses oleh individu pada umumnya.
Berbeda dengan Pi Network yang algoritma konsensus unik Stellar (SCP), yang dirancang agar hemat energi dan ramah lingkungan.
Penambangan Pi dapat dilakukan pada ponsel pintar standar, sehingga dapat diakses oleh basis pengguna yang lebih luas.
Namun, saat ini Pi tak memiliki nilai dalam pasar kripto karena belum open mainnet.
Berikut perbandingan lain antara menambang Bitcoin dan menambang koin Pi Network.
Banyak penambang BTC yang bergabung dengan kumpulan penambangan, yang memusatkan kekuatan penambangan, sehingga berpotensi melemahkan prinsip desentralisasi.
Imbalan blok Bitcoin berkurang separuhnya setiap empat tahun, sehingga mengurangi insentif bagi penambang seiring berjalannya waktu.
Menambang Bitcoin sangat kompetitif, dan hanya sedikit penambang atau kumpulan penambangan yang memperoleh imbalan signifikan.
Sementara Pi bertujuan untuk mempertahankan desentralisasi dengan memungkinkan pengguna menambang di perangkat mereka dan menghindari sentralisasi di pertambangan besar.
Pi menawarkan imbalan penambangan yang konstan, memberikan insentif berkelanjutan kepada pengguna.
Komunitas Pi menekankan inklusivitas, dan misinya adalah membuat mata uang kripto dapat diakses oleh masyarakat biasa.
Secara garis besar, penambangan Pi Network menekankan pada efisiensi energi, aksesibilitas, desentralisasi, dan keterlibatan komunitas. ***